Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Sepasang Kata - Malam Aku Melihatmu

Malam ini seluruh malaikat penjaga langit berkumpul di bawah remang-redup lampu taman. Tak pernah kusangka orang yang tak kukenal, terdengar berkali-kali namanya disebutkan dalam perjamuan hangat itu. Katanya senyum dari bibir merahnya adalah anugerah bagi malam agar tetap hangat dan tak luput oleh temaram. Simpul lengkung dari dua titik di ujung bibirnya menjadi tontonan yang dapat memisahkan dunia dari segala pergumulannya yang menyakitkan. Lagi menyesakkan. Sungguh tak pernah kupahami isyarat Tuhan bertemu dengannya lewat jalan seperti ini. Jalan semu yang ikhlas pada angin, entah membawa ke mana kabar-kabar burung itu. Sapaan sejuk tanpa bertatapan, pancaran tulus yang sejenak pupus harapan, yang selalu menduga pada segala cara untuk mengenalnya dengan cara paling berbeda -- yang orang-orang tak akan pernah kira. Malam ini aku kembali saja. Menunggu apa gerangan akan terjadi setelahnya. Lenyap oleh malam atau semakin bersinar. Juli, 2021

Mandi

Tak ada yang lebih indah daripada mandi di waktu sore, yang tabah menemani laras hati yang kusut karena hari.   Desau yang membawa dunia baru yang berkecamuk dalam semu menjadi ini menjadi itu-- apapun yang dunia tak pernah tahu.   Dengan mandi kita diberkati oleh sejuta ingin yang rasanya sulit untuk ditepati. Memandang ruang sempit yang kelabu yang menjelma panggung tanpa tepi di depan mata-mata yang menolak sepi.   Dengan mandi kita diberkati oleh ingin-ingin yang risi, yang hanya nikmat ketika air menjelma angin yang menerpa kita ke angkasa dan menuntun kita dengan sayap-sayap terurainya ke manapun ada damai yang terusik oleh orang-orang yang berisik. Menadahkan diri di atas lembayungnya yang telah padam oleh kekuatan mahadahsyat yang membuat penontonpun ikut bersorak.   Dengan mandi kita serupa emosi yang diterjemahkan ke bentuk apapun yang kita patri.   Kemarahan atas kekeliruan yang membuat takluk seluruh tatapan,

PERTEMUAN DARING SEPASANG REKAN

Part 1 Satu kali ada seorang pria yang jatuh hati pada pandang pertamanya. Seorang wanita yang baru pertama kali ditemuinya lewat media sosial. Di sana mereka bertemu karena pekerjaan yang sama dan berada di bidang yang sama pula. Mereka berdua ini tidak pernah bertemu langsung sebelumnya dan hanya melalui daring bekerja dari rumah. Mereka berbincang, bekerja selayaknya partner bisnis atau teman kerja. Si pria yang canggung terhadap situasi baru, mulai merasa nyaman dengan kondisi itu. Hingga suatu ketika sang wanita menghilang dan membuat si pria gusar. Menghilang di sini dalam arti si wanita sudah lama membalas pesannya, terasa tidak lagi menaruh minat seperti sediakala, dan ada suatu perasaan yang sulit dijelaskan yang hanya hati seorang diri yang mampu memahami. Adakah selayaknya pria itu gusar? atau karena memang waktulah yang menikam kesepiannya hingga memuncak pada rasa kepemilikan sepihak? lagi-lagi hanya waktu yang dapat merangkai alur cerita itu. 

PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO

Sebuah Taman Sore Hari dari sayap-sayap burung kecil itu berguguran sepi, sepiku saat terhenti di sebuah taman ini daun jatuh di atas bangku di antara datang dan suatu kali pergi beribu lonceng berbunyi kekal sewaktu bercakap kepada hati lalu kepada bumi. Di sini aku menanti

Pola Pikir Konvensional di Masa Pandemi

Masa pandemi di negara ini belum juga usai. Setelah satu tahun lebih bermukim tanpa celah yang mengindikasikan adanya 'perkembangan', 'perbaikan', atau entah apalah namanya itu. Hari demi hari dilalui dengan peningkatan kasus yang terkadang memberikan harapan, sekaligus juga menjelma keputusasaan. Hari raya jelas memegang peranan besar. Peningkatan kasus perhari ini sudah mencapai 12.000 lagi! Jumlah yang sama jauh sebelum Hari Raya Idul Fitri. Sekarang seakan warga negara Indonesia harus kembali lagi ke titik nol untuk mengurangi kasus ini sedikit demi sedikit lagi.  Peraturan yang diberikanpun sudah cukup jelas; setidaknya jelas bagiku sendiri. Protokol kesehatan yang juga menurutku tidak cukup efektif jika dipahami tanpa pola pikir yang berorientasi ke depan dan tidak terkungkung oleh aturan-aturan lama yang 'terkadang' tidak dapat dipahami secara rasional. Peraturan yang diberikan jelas bersifat tetap, hanya tinggal dipatuhi, diikuti dan diberdayakan sedemik