Mandi
Tak ada yang lebih indah
daripada mandi di waktu sore,
yang tabah menemani
laras hati yang kusut karena hari.
Desau yang membawa dunia baru
yang berkecamuk dalam semu
menjadi ini menjadi itu--
apapun yang dunia tak pernah tahu.
Dengan mandi kita diberkati
oleh sejuta ingin yang rasanya
sulit untuk ditepati.
Memandang ruang sempit yang kelabu
yang menjelma panggung tanpa tepi
di depan mata-mata yang menolak sepi.
Dengan mandi kita diberkati
oleh ingin-ingin yang risi,
yang hanya nikmat ketika air menjelma angin
yang menerpa kita ke angkasa
dan menuntun kita dengan sayap-sayap terurainya
ke manapun ada damai yang terusik
oleh orang-orang yang berisik.
Menadahkan diri di atas lembayungnya
yang telah padam oleh kekuatan mahadahsyat
yang membuat penontonpun ikut bersorak.
Dengan mandi kita serupa emosi
yang diterjemahkan ke bentuk apapun
yang kita patri.
Kemarahan atas kekeliruan
yang membuat takluk seluruh tatapan,
atau bahagia karena pujian
atas kebanggaan yang kita ciptakan,
atau pula kesedihan
atas hari yang berakhir dengan beribu umpatan.
Dengan mandi kita terbiasa
menerima diri apapun biasanya,
sejernih-jernihnya.
Mandi tidak pernah membongkar rahasia.
Mandi setia pada ingin kita yang
istimewa
yang menutupinya dari ceplas-ceplos angin tanpa suara,
ke sana kemari mengemban kabar yang
tak ingin kita orang dengar.
Mandi yang bertekuk lutut pada janji
memaknai apa itu mimpi
hingga terurai perlahan
menjadi nyata yang kita pertanyakan.
Komentar
Posting Komentar